Minggu, 20 Maret 2011

Teroris Semakin Banyak akal


 Bom mirip Buku

Baru-baru ini para teroris semakin berbahaya karena mereka telah menggunakan strategi yang selalu menggunakan ide-ide teroris mereka dengan m,embuat bom yang mirip buku.
Pengamat Intelijen Dynno Chressbon mengungkapkan, materi dan bentuk rakitan bom dalam bentuk kiriman paket buku adalah jenis bom booby trap atau bom jebakan. Materi bom jenis ini, banyak ditemukan di Ambon dan Poso.


" Bom jenis ini juga sudah diproduksi sekaligus sesuai jumlah target sasaran. Jadi mereka tidak akan membuat bom sambil lari" kata Dynno dalam percakapan dengan Tempo, akhir pekan lalu. Bom ini, biasanya diproduksi 6 bulan sebelumnya.

Karenanya, Dynno menduga, bom -bom itu telah tersedia dan mungkin telah terkirim kepada masing-masing sasaran.

Khusus materi bom booby trap atau bom jebakan, biasanya dibuat dalam berbagai bentuk. Di Ambon dan Poso, bentuknya bisa diubah menjadi bom senter, bom termos dan bom petromak.

Bom senter biasanya diletakkan di jalanan dalam kondisi senter menyala. Bom akan meledak jika senter dimatikan. Atau sebaliknya, dalam kondisi padam saat dinyalakan bom itu meledak. Demikian juga bom jebakan dalam bentuk termos dan petromak. 

Kelompok yang kerap menggunakan bom jenis ini, menurut Dynno adalah kelompok Abdullah Sonata. Sonata menjadi pimpinan kelompok Jihad di Ambon dan Posso. Abdullah juga disinyalir menjadi pimpinan pelatihan di Pegunungan Jantho Aceh. 

Para pelaku serangan teror bom buku ini, menurut Dynno adalah kelompok yang mendapat pelatihan di Aceh. Meski sebagian pelaku pelatihan di Aceh telah ditangkap.
Namun menurut Dynno saat pengiriman kader untuk latihan di Aceh jumlahnya cukup besar, mencapai 200 orang. Jumlah itu bagi gerakan terorisme jumlah yang tidak sedikit. “Mereka inilah yang diduga melakukan serangan teror saat ini” katanya. 

Kelompok Aceh ini menurut Dynno telah mendeklarasikan diri sebagai kelompok Alqaedah Serambi Mekah. Untuk operasional di Indonesia kelompok ini membentuk organisasi bernama Kelompok Mujahidin Indonesia (KMI). Kelompok ini terbentuk di beberapa tempat, seperti KMI Sumatra, KMI Jawa dan KMI Sulawesi. 

Setelah pentolan kelompok, seperti Noordin M Top dan Dr Ashari tewas, informasinya mereka menunjuk Abdullah Sonata sebagai pimpinan kelompok ini. Abdullah Sonata saat ditangkap di Klaten, ia tengah bersama Sogir dan Agus Mahmudi. Sogir dan Agus dikenal sebagai anak didik langsung Dr. Ashari, termasuk dalam keahlian merakit bom.  

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More